Minggu, 17 Mei 2015



Di sebelah kiri dia tidak ada. Dia juga tidak terlihat di sebelah kanan. Mata saya tetap mencari potongan dari surga yang jatuh ke bumi itu.

Ke mana? Hilang begitu saja dan saya hanya bisa menatap lama.

Sepi dan bisa mendengar detak jarum jam di ruang ini. Kosong. Jutaan manusia tidak ada artinya bagi mata saya yang hanya mau melihat kamu.

Sampai kapan, tidak ada yang tahu. Hanya saja semoga tidak lama.


Sabtu, 09 Mei 2015

16:35



Saat ini saya lagi me-time, mendengarkan lagu di kamar dengan playlist acak dan secangkir kopi. Menyenangkan.

Sebenarnya saya sudah lama membiasakan me-time ini, karena saya sadar saya butuh waktu saya sendiri untuk mengisi ulang 'tabung energi' emosi. Akhir-akhir ini saya pun kekurangan waktu untuk itu, mungkin hampir ngga ada.

Dan weekend ini saya punya kesempatan untuk mengisi ulang 'gelas' emosi saya. Walaupun inginnya menjauhkan handphone dan mengunci pintu kamar tapi tetap saja saya ngga bisa egois kan. Saya punya beberapa hal untuk dikerjakan dan juga berinteraksi dengan orang lain.

Me-time bisa dibilang sebagai waktu heningnya saya. Membuat saya memikirkan kehidupan yang sudah saya jalani, mengingatkan kembali siapa diri saya sendiri, dan dimana 'rumah' saya. Membuat saya ingat kepada hal-hal yang esensi, dan mengingatkan saya akan kemampuan dan identitas diri saya.

Waktu hening itu penting, tapi bukan artinya kita menjauhkan semua orang disekitar kita. Waktu hening itu  menurut saya artinya kita berpamitan dengan sopan dengan orang-orang disekitar kita, lalu masuk ke kandang sendiri. Setiap orang punya tanggung jawab, baik pekerjaan maupun peran. Sebutuh apapun kita akan waktu hening itu, semua tanggung jawab tetap harus dilaksanakan dengan baik.

Jadi intinya adalah, tahu batasan diri sendiri, sejauh mana kemampuan kita. Mengatur skala prioritas dan memastikan setiap hal berjalan dengan baik adalah salah satu tolak ukur kedewasaan. Memenuhi segala yang esensi supaya 'bensin' terisi buat mendorong diri menyelesaikan tanggung jawab kemudian membatasi dan mengontrol diri supaya punya waktu yang cukup untuk kembali mengisi 'bensin' tersebut.


Taman



Taman punya kita berdua
tak lebar luas, kecil saja
satu tak kehilangan lain dalamnya.
Bagi kau dan aku cukuplah
Taman kembangnya tak berpuluh warna
Padang rumputnya tak berbanding permadani
halus lembut dipijak kaki.
Bagi kita bukan halangan.
Karena
dalam taman punya kita berdua
Kau kembang, aku kumbang
aku kumbang, kau kembang.
Kecil, penuh surya taman kita
tempat merenggut dari dunia dan 'nusia

Chairil Anwar, 1943


 

Template by BloggerCandy.com