Minggu, 16 September 2018

Senja sore ini.

Sore ini senja tidak menampakan ronanya.

Beberapa manusia kecewa karena tidak bisa melepas penat lewat senja, tapi beberapa yang lain tak peduli. Apa gunanya lama-lama melihat senja? Tidak ada apa-apa disana, katanya.

Aku terduduk di dalam sebuah angkutan umum. Tidak sendiri, Pak supir didepanku menunggu penumpang dengan sabar, sembari menghisap sebatang rokok yang baru saja dibelinya. Disebelahku ada seorang pemuda berpakaian rapi, tampak  sesekali mengecek dawainya. Apakah ada sesuatu yang ia tunggu-tunggu muncul disana.

Diluar, tampak beberapa pekerja yang asyik menikmati makanan yang tersedia didepannya. Sesekali menarik nafas, bersyukur sudah melewati hari ini dengan baik. Disamping nya tampak seekor anak kucing menatap penuh lapar kepada pekerja itu, berharap ada remah yang terjatuh.

Senja memang menjadi tempat bagi sebagian orang untuk pulang.  Sebagian lagi menjadikan senja sebagai jeda, mengistirahatkan badan sejenak, lalu melanjutkan kegiatannya. Ada juga yang menjadikan senja sebagai permulaan, awal ia keluar untuk memulai harinya.

Entah bagaimana cara senja bekerja, aku selalu suka kala senja datang.
Ia selalu mampu membuat orang terpana, dengan hanya melihat biasnya saja.

Itu hidup, Tuhan terlalu baik membuat senja sebagai cara agar Manusia dapat bersyukur. Tetapi terkadang kita malah terlalu sibuk, acuh, bahkan tak perduli.

Pagi di Dua Belas Agustus

Pagi itu, ketika langit masih meronakan warna merah muda kebiru-biruan, dan matahari masih enggan menampakan dirinya.

Aku diberikan 'hadiah' oleh semesta.

Disaat dan untuk pertama kalinya, aku dan kau, kita pada akhirnya bisa saling berjabat tangan, mata kita saling bertemu lalu sama-sama melemparkan senyum.

Walaupun hanya sedetik.

Buatku, rasa bahagia itu sudah cukup untuk selamanya.

Terima kasih ya.

Minggu, 02 September 2018

Kelana

Kepalaku kelana,

Ia pergi. Menjauh dari raga yang ada.

Terbang, bertamasya, melintasi cakrawala.

Menembus batas imaji yang seolah nyata.

Mencoba menerka angan dan asa.

Memastikan realita tak pernah ada.

Menikmati rasa, karsa, serta udara.

Bebas.

Menggantung mimpi pada semesta.

Yang tak pernah salah menggariskan rencana.

Berdamai pada duka serta lara.

Kepalaku kelana,

Entah pulang, Ia menjelma menjadi apa..

 

Template by BloggerCandy.com