Senin, 25 November 2013

Thankyou Teacher :)


"A truly special teacher is very wise, and sees tomorrow in every child's eyes. Because for them, to teach is to touch other lives, ever." - Anonymus

Mencintai bukanlah hanya memuji saat seseorang berhasil atau melakukan kebaikan, namun juga meyakinkan saat ia kehilangan kepercayaan diri, menenangkan saat ia merasa ketakukan, menegur saat ia berbuat salah, menyemangati saat ia kehilangan harapan, membangun saat ia butuh motivasi, dan terlebih dari itu.. menjadi sahabat - tempat berbagi suka dan duka.

Dengan sebuah komitmen untuk berkorban dan hati yang penuh cinta, mereka menaburkan kasih dalam segala hal yang dilakukannya. Mereka membantu mewujudkan mimpi para murid untuk mengubah dunia melalui hidupnya, ilmu dan pengalaman yang mereka bagikan. Mereka tak henti-hentinya memberikan semangat dan motivasi untuk terus belajar dan berjuang, berusaha tanpa kenal putus asa.

Hal-hal tersebut sungguh tak ternilai harganya. Tidak dapat dibeli dan dibayar dengan apapun juga. Mereka melakukan tugasnya dengan sepenuh hati, dengan kasih dan ketulusan. Merekalah pahlawan yang tak kenal musim.  Merekalah yang telah menjadikan kita who we are today. Merekalah pahlawan tanpa tanda jasa.

Happy Teacher's Day!
Selamanya kalian dihati :)


Rabu, 06 November 2013

Don't Judge!


Seorang mahasiswi berjalan cepat di jembatan penyeberangan. Tergesa-gesa menuju kampus, mengingat belum ada materi ujian yang ia pelajari. Semalam ia nyaris tidak tidur. Ada telepon yang mengabari bahwa rumahnya baru saja kemalingan. Ibu masih terguncang dan sering pingsan. Uang untuk operasi usus buntu adik yang baru diambil dari bank pun tidak luput dari tangan si jahat. Andai ayah masih ada, ibu tidak perlu sendirian menanggung segalanya.
Perutnya berteriak kelaparan, tapi uang hanya cukup untuk makan sekali nanti siang. Jatah ongkos untuk angkot pun habis, diganti dengan jalan kaki dari kost menuju kampus.
*
Ibu pengemis tua duduk di sisi jembatan penyeberangan. Sesekali merapikan koran alas duduknya. Teringat anaknya yang terbaring di rumah, demam sudah 3 hari. Tidak ada obat, hanya air putih dan kain hangat basah untuk mengobati. Badannya lelah, semalam menjual pecel di stasiun hingga subuh. Sekarang menyempatkan mengemis sebelum kembali memulung.
Matanya menatap kosong orang-orang yang berlalu-lalang. Hampa.
*
Mahasiswi itu melihat ibu tua yang mengemis dari jauh. Ingin memberikan uang tapi tidak ada tersisa. Lagipula, pengemis seperti itu hanya malas, bisa bekerja tapi lebih memilih duduk santai menanti uluran tangan memberi uang, pikirnya. Payah.
Ia pun berlalu tanpa memandang.
*
Pengemis itu memalingkan muka. Dasar, perempuan angkuh. Ia kaya, kenapa tidak mau berbagi. Sedikit saja, tidak rugi apapun. Masih bisa kuliah dan pulang ke rumah nyaman dengan anggota keluarga sehat tapi tidak sedikitpun mau berbagi, pikirnya. Sombong.
Ia pun mendengus kesal.
**

“With the tremendous acceleration of life, we grow accustomed to using our mind and eye for seeing and judging incompletely or incorrectly, and all men are like travelers who get to know a land and its people from a train.” - Friedrich Nietzsche in Human, All Too Human

“Do not judge, or you too will be judged." -Matthew 7:1


Selasa, 05 November 2013

Sore Itu




Tetesan air mungil dari langit terjatuh perlahan, tidak berniat untuk menyakiti. Kedamaian yang tercipta mengingatkanku akan sesuatu. Suaramu.

Gerimis kecil ini terjatuh lugu, tidak mengerti mengapa harus turun ke bumi. Ia hanya patuh. 

Mungkin di belahan bumi lain, ada mereka yang mengadahkan tangan ke langit dan syukur terbisik karena kehadiran si gerimis kecil.

Alunan merdu yang tercipta dari gerimis mengajakku berlari dan menari untuk meresapi setiap tetesannya, karena kesejukan yang dibawanya menyingkapkan memori terindah tentang kehadiranmu. 

Ingin aku meleburkan diri dengan tetesan hujan, biar mereka yang mengantar aku dan membisikkan rindu ini kepadamu. 

Hujan berakhir dan membawa dingin. Dingin yang tidak menggigit, dingin yang lembut, dingin yang seolah mengajariku bersyukur untuk setiap lukisan pelangi di kanvas langit. 

Pelangi ini membawa damai. Begitu juga tatapanmu. 

Apa benar langit telah mengangkatmu menjadi anak? 

Hold On



Tuhan tidak tuli, Ia tahu apa yang sedang terjadi. Hold on, God knows what He's doing.

 

Template by BloggerCandy.com